Cerita ini bukan
tentang seseorang yang ku kenal di dunia nyata, namun tentang seorang pemuda
dari desa Dlingo bernama Yudhistira yang kudapati dari cerita sebuah novel karya
Dian Nafi.
Berawal dari pertemuannya di sebuah proyek renovasi Butik di salah satu Mall di Semarang. Kemala seorang mahasiswi Arsitektur yang sedang magang dalam proyek tersebut dan Yudhistira adalah keponakan kepala tukang yang sedang ikut membantu pekerjaan pakde nya dalam proyek tersebut.
Kemala merupakan seseorang yang terbilang tinggi hati, meskipun dia adalah orang yang baik, tapi dia memiliki tipe / level nya yang cukup tinggi untuk lelaki yang akan menjadi kekasihnya, seperti tampan, kaya, pintar. Tentu saja dia orang yang sulit ditaklukan oleh laki-laki.
Sedangkan Yudhistira hanyalah seorang keponakan mandor tukang yang pekerjaannya tidak jauh dari alat-alat bangunan, tempat tidurnya pun hanya beralaskan tikar yang terkadang membuatnya kedinginan. Keadaan-keadaan sulit itu lah yang membuat Yudhistira menjadi pria yang mandiri.
Kebaikan, kenaifan, kesederhanaan dan kerendah hatian yang dimiliki Yudhistira membuat kemala luluh dan membuatnya menentang tipe-tipe nya yang tinggi itu. Yudhistira pun tertarik dengan Kemala yang baik dan cantik itu. Bahkan selain Kemala yang menyukai Yudhistira, anak pemilik butik yang sedang di renovasi itu pun menyukai Yudhistira, Vanisha perempuan muda yang pintar dan cantik bak model terkenal. Namun Yudhistira tidak menyukai Vanisha, mungkin karena Vanisha adalah anak yang angkuh.
Vanisha dengan berbagai cara ia berusaha menjauhkan Kemala dari Yudhistira, dia membuat banyak lembur untuk Kemala bahkan beberapa pekerjaan Kemala di rusak oleh Vanisha. Namun semua cobaan itu dilewati dengan baik oleh Kemala.
Proyek renovasi dan magang yang dikerjakan oleh Kemala pun sudah selesai, sebelum Kemala pulang ke rumahnya di Solo, Yudhistira mengajak Kemala, Ayah Kemala dan Sepupu Kemala main ke kampung halaman Yudhistira di Dlingo dimana Yudhistira sebelumnya berjanji mengajak Kemala untuk melihat keindahan alam di kampung halamannya itu, mereka berempat pergi ke Dlingo dengan mengendarai Motor, berkeliling melihat keindahan alam yang ada disana, kebun buah Mangunan, hutan pinus, bukit bintang, dll. Bagi Kemala dan Yudhistira kesempatan ini adalah hal yang sangat berarti dan mengesankan, pengalaman sekaligus kenangan yang indah. Ketika malam sudah datang, Yudhistira membawa Kemala, Ayah Kemala dan sepupunya itu ke suatu rumah yang sangat sederhana, satu kamar tidur, satu ruang tamu dan ruang tv yang mungkin hanya cukup untuk 3 orang saja. Mereka mengira bahwa itu adalah rumah Yudhistira, Yudhistira pergi keluar rumah dan membiarkan Kemala, ayah dan sepupunya tinggal untuk menikmati suasana rumah sederhana di kampung yang sejuk dan menenangkan.
Beberapa saat kemudian Yudhistira datang ke rumah tadi dengan mengendarai sebuah mobil mewah, Kemala sedikit heran dan bertanya kepada Yudhistira “Hei, mobil siapa yang kau bawa itu ?” Yudhistira menjawab bahwa itu adalah mobil milik majikannya. Dia akan membawa Kemala dan keluarganya ke tempat yang lebih nyaman, karena Yudhistira rasa rumah sederhana tadi tidak akan cukup untuk menampung 3 orang tamu untuk bermalam. Yudhistira, Kemala dan keluarganya sampai ke rumah yang sangat mewah bak istana dimana lokasinya masih satu desa dengan rumah sederhana tadi. Yudhistira menjelaskan bahwa itu adalah rumah majikannya dan dia sudah meminta ijin agar Kemala dan keluarganya bisa bermalam di rumah itu untuk beberapa saat.
Yudhistira mengantar Kemala dan keluarganya ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Setelah Yudhistira pergi, Kemala dan sepupunya berniat untuk melihat-lihat isi rumah yang sangat mewah itu. Secara tidak sengaja Kemala dan sepupunya melihat foto keluarga yang berpakaian sangat rapi dan elegan dimana di foto itu ada seorang pemuda yang diapit oleh kedua orangtuanya, pemuda itu tak lain adalah Yudhistira. Kemala terkejut, dan berusaha mencari Yudhistira untuk meminta penjelasan. Siapa yang bisa mengira rumah paling mewah di Dlingo itu adalah rumah milik Yudhistira, sedangkan rumah sederhana tadi adalah rumah milik PakDe nya, yang bahkan Yudhistira pun bukan keponakan dari PakDe mandor tukang tadi, beliau hanyalah mantan pembantu di rumah Yudhistira yang sudah dianggap keluarga oleh Yudhistira, semenjak orang tuanya meninggal beberapa tahun lalu karena kecelakaan, Yudhistira merasa membutuhkan seseorang untuk menemaninya yang sekarang hanya sebatang kara dan membimbingnya, dan menurutnya PakDe adalah orang yang tepat. PakDe banyak memberinya pelajaran hidup. Kemala semakin kagum dengan Yudhistira yang meskipun dia anak orang terkaya di desa itu bahkan ternyata ayah Yudhistira adalah pemegang saham terbesar di Mall Semarang tempat Kemala magang namun Yudhistira tetap rendah hati, bahkan Yudhistira sempat bekerja sebagai tukang di Mall yang bisa dibilang itu miliknya.
Keesokan harinya, Yudhistira mengantar Kemala dan keluarganya pulang ke rumah Kemala, sekalian Yudhistira pamit untuk kembali kuliah ke London, karena ternyata dia pulang dan bekerja membantu PakDe nya di Indonesia hanya untuk mengisi liburan kuliahnya saja.
Jangankan Kemala yang tergila-gila sama Yudhistira, kayanya aku yang sebagai pembaca aja ikutan jatuh cinta sama Yudhistira. Apakah di dunia nyata sekarang ini masih ada sosok seperti Yudhistira ? jika ada, hadirkan satu untukku. :D
0 komentar:
Posting Komentar